| Foto: Net | |
| BIMA - NTB |
Fenomena Gerhana Matahari bukan fenomena peristiwa alam biasa. Melainkan sebuah
peringatan akan datangnya azab kepada umat tertentu. Maka dari itu, umat Islam untuk
melakukan beberapa perkara ketika terjadi gerhana. Yaitu sholat gerhana atau
sering disebut dengan salat kusuf (gerhana matahari) atau solat khusuf (gerhana
bulan). Kemudian perbanyak istigfar memohon ampun kepada Allah, berdoa supaya
diberi keselamatan, menyerukan takbir sebagai tanda kebesaran Allah, dzikir
untuk mengingat Allah, shodaqoh dan memerdekakan budak. Dalam memerdekakan budak
ini bentuk dan modelnya berbeda dengan perbudakan pada zaman Rasulullah SAW.
Menurut Islam, Gerhana Matahari dan Gerhana
Bulan adalah makna dan hikmah untuk umat manusia. Kehadiran gerhana menjadi
cara Allah SWT untuk menunjukkan kekuasaan-Nya kepada umat manusia.
Dengan ketentuan itu, manusia diharapkan
tahu bilangan tahun dan perhitungan untuk waktu. Itu menjadi tanda-tanda
kebesaran Allah SWT bagi orang-orang yang mengetahuinya. Bila Al Qur’an tidak
menyinggungnya secara eksplisit, tetapi persoalan gerhana dijelaskan secara
jelas dalam hadits tersebut.
Nabi Muhammad SAW bersabda; “Sesungguhnya matahari dan bulan merupakan
dua ayat (tanda) dari ayat-ayat Allah (yang tersebar di alam semesta). Tidak
akan terjadi fenomena gerhana matahari dan bulan karena kematian seseorang atau
karena hidup (lahirnya) seseorang. Apabila kalian melihat (gerhana) matahari
dan bulan, maka berdoa dan shalat kepada Allah sampai (matahari atau bulan)
tersingkap lagi.” (HR. Al Bukhari No.1043
dan Muslim No.915).
Sabda nabi tersebut mengingatkan kepada
kita bahwa fenomena gerhana matahari dan bulan bukanlah peristiwa alam biasa.
Kehadiran gerhana mengandung arti, makna dan hikmah serta pesan-pesan
tersendiri kepada umat Islam dan manusia di bumi.
Sahabat Rasulullah Abu Musa Al Asya’ari
pernah mengatakan bahwa Nabi Muhammad pernah bersabda bila Allah memberikan
rasa takut kepada hamba-Nya dengan tanda-tanda berupa gerhana. Maka, bila kamu
melihatnya, segera berdzikir, mengingat kebesaran Tuhan, berdoa dan meminta
ampun.
Dalam suatu peristiwa yang disampaikan
melalui hadist, Rasulullah Muhammad SAW sampai berdiri dan khawatir bila
fenomena gerhana menjadi tanda-tanda datangnya hari akhir atau kiamat.
Semenara dalam Kitab Fathul Bari dengan
hadits nomor 2519 dijelaskan bahwa fenomena alam gerhana adalah peringatan akan
datangnya suatu azab kepada umat tertentu.
Pertama, ingat akan kebesaran Allah. Itu
ditunjukkan dengan shalat khusuf, dzikir dan berdoa. Dengan sholat, dzikir dan
berdoa selama gerhana berlangsung, umat Islam akan ingat akan tanda-tanda dan
kebesaran Tuhan sebagai pencipta jagad semesta.
Kedua, ingat dosa-dosa. Ingat, gerhana
juga menjadi pertanda alam bahwa akan terjadi bencana atau marabahaya. Untuk
itu, umat Muslim diminta untuk istigfar atau memohon ampunan kepada Allah.
Penuslis:
Adi
| Reverensi
dari berbagai sumber |