![]() |
| Foto: Adi/MN | |
Masyarakat petani
garam di wilayah Kae meliputi Kecamatan Woha, Belo, Palibelo, Monta dan lainnya
di Kecamatan Bolo bagian pesisir—sangat terpuruk menyusul harga jual di pasaran
merosok.
Kekesalan mereka
pun akhirnya turun ke jalan raya. Mereka melakukan long marc di depan kantor
Bupati Bima, Selas (24/9/2019) kemarin.
Aksi gabungan
para petani garam di Kabupaten Bima itu menarik perhatian public. Mereka membawa
sejumlah karung garam dan menabur di gerbang pintu masuk kantor ibukota pemerintahan
Kabupaten Bima di Godo-Woha.
Ada beberapa
tuntutan disampaikan mereka—yaitu menagih janji Bupati Bima Hj Indah Dhamayanti
Putri pada tahun 2016. Janji tersebut, kata para petani garam, diteken dihadapan
para petani garam di lapangan Desa Talabiu – Woha. Namun akhir jabatannya,
janji tersebut belum juga dipenuhi.
Tuntutan lain
juga mempertanyakan anggaran yang digelontorkan Pemerintah Daerah melalui Badan
Usaha Milik Daerah (BUMD) PD Wawo. Menurut mereka dalam orasi, PD Wawo mendapat
suntikan dana sebesar Rp1,2 miliar lebih—dimana dana tersebut diperuntukkan
untuk membeli garam petani. Namun kenyataannya dana tersebut terkesan tidak
digunanakan.
Aksi yang terus
memanas akhirnya dapat diredam setelah Wakil Bupati Bima Drs H Dahlan M Noer ke
luar menemui para petani garam di depan pintu gerbang masuk kantor Bupati.
Liputan: Adi Pradana