Kisah Nabi Musa As dan Seorang Wanita Penzina

Semua Halaman

.

Kisah Nabi Musa As dan Seorang Wanita Penzina

REDAKSI
Jumat, 02 Agustus 2019

| Foto: ILUSTRASI |

Pada suatu senja yang lengang, di zaman Nabi Musa as, ada seorang wanita berparas cantik diselimuti duka cita yang mencekam. Terlihat wanita itu berjalan terhuyung hayat. Pakaian serba hitam menandakan ia berada dalam putus asa. Tudung kepalanya menangkup rapat hampir seluruh wajahnya tanpa hias muka atau perhiasan menempel di tubuhnya.

           
Kulitnya bersih, badanya ramping dan roma mukannya yang ayu, tidak dapat menghapus kesan kepedihan yang telah meroyak hidupnya. Ia melangkah tergeret seret mendekati kediaman rumah nabi Musa as.
           
Ia mengetuk rumah nabi Musa, lalu kemudian nabi Musa mempersilakan masuk. Perempuan itu lalu berjalan masuk dengan kepalanya menunduk. Air matanya berderai tatkala ia berkata; “Wahai Nabi Allah, doakan saya, tolonglah saya agar Tuhan berkenang mengampuni dosa keji saya.”
           
“Apakah dosa mu wahai wanita ayu,” tanya Nabi Musa as terkejut. “Saya takut mengatakannya,” jawab wanita cantik itu. “Katakanlah, jangan ragu-ragu,” desak Nabi Musa as.

Tak lama perempuan itupun secara ketakutan bercerita. “Saya telah berzina”. Kepala nabi Musa as terangkat, hatinya tersentak. Lalu perempuan itu meneruskan; “Dari perzinah itu pun lantas saya hamil.” “Setelah anak itu lahir, langsung saya cekik lehernya sampai mati,” ucap wanita itu seraya menangis sejadi-jadinya.

Mata nabi Musa as pun berapi-api. Dengan muka berang ia mengherdik. “Perempuan celaka, pergi kamu dari sini..! agar siksa Allah tidak jatuh kedalam rumahku karena perbuatanmu, pergi..!,” teriak nabi Musa as sambil memalingkan muka karena jijik melihat perempuan itu.

Perempuan berwajah ayu tersebut dengan hati bagaikan kaca membentur batu, hancur luluh segera bangkit dan melangkah surut. Dia menangis terangguk-angguk keluar dari rumah nabi Musa as. Ratap tangisnya amat memilukan. Ia tidak tahu harus kemana lagi hendak mengadu. Bahkan tak tahu kemanaka kakinya untuk melangkah. Bila seorang nabi saja sudah menolaknya, bagaimana pula manusia lain bakal menerimanya? Terbayang olehnya betapa besar dosanya. Betapa jahat perbuatannya.

Sepeninggalannya, malaikat Jibril pun turun mendatangi Nabi Musa as. Jibril berkata; “Mengapa engkau menolak seorang wanita yang hendak bertaubat dari dosanya? Tidakkah engkau tahu dosa yang lebih besar daripadanya? Nabi Musa terperanjak. “Dosa apakah yang lebih besar dari kekejian wanita penzina dan pembunuh itu?,” tutur nabi Musa as dengan penuh rasa ingin tahu bertanya kepada Jibril.

“Betulkan ada dosa yang lebih besar daripada perempuan yang hina itu?,” tanya nabi Musa kembali. Lalu Jibril pun menjawa; “Ada..!,” jawab Jibril dengan tegas. “Dosa apakah itu,” tanya nabi Musa yang kian keliru.   

Lalu Jibril pun menjawa; “Orang yang meninggalkan sholat dengan sengaja dan tanpa menyesal”. “Orang itu dosanya lebih besar daripada seribu kali berzinah.”

Mendengar penjelasan itu, nabi Musa as memanggil kembali wanita tersebut untuk menghadap pada dirinya. Lalu nabi Musa mengangkat tangan dengan khusyuk memohon keampunan kepada Allah SWT untuk perempuan tersebut.

Nabi Musa menyadari bahwa orang yang meninggalkan sembahyang dengan sengaja dan tanpa penyesalan adalah sama saja seperti berpendapat bahwa sembahyang itu tidak wajib dan tidak perlu atas dirinya. Berarti ia seakan-akan menganggap remeh perintah Tuhan. Bahkan seolah-olah menganggap Tuhan tidak punya hak untuk mengatur dan memerintah hambah-Nya. Sedangkan orang yang bertaubat dan menyesali dosanya dengan sungguh-sungguh berarti masih mempunyai iman didadanya, dan yakin bahwa Allah SWT itu ada, dijalan ketaatan kepada-Nya. Itulah sebabnya Tuhan pasti mau menerima kedatangannya.

Dalam hadist Nabi SAW disebutkan; “Orang yang meninggalkan sholat lebih besar dosanya dibandingkan dengan orang yang membakar 70 buah Al-Qur’an, membunuh 70 Nabi dan bersetubuh dengan ibunya didalam Ka’abah.

Dari Jabir bin ‘Abdillah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda; “(Pembatas) antara seorang muslim dan kesyirikan serta kekafiran adalah meninggalkan shalat.” (HR. Muslim no. 257)

Allah SWT berfirman; Maka datanglah sesudah mereka, pengganti (yang jelek) yang menyia-nyiakan shalat dan memperturutkan hawa nafsunya, maka mereka kelak akan menemui al ghoyya, kecuali orang yang bertaubat, beriman dan beramal saleh.(QS. Maryam : 59-60).

Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhuma mengatakan, bahwa ‘ghoyya’ dalam ayat tersebut adalah sungai di Jahannam yang makanannya sangat menjijikkan, yang tempatnya sangat dalam. (Ash Sholah, hal. 31).

Dalam hadist yang lain disebutkan bahawa orang yang meninggalkan sholat sehingga terlewat waktu, kemudian ia mengqodhonya, maka ia akan disiksa dalam neraka selama satu huqub. Satu huqub sama dengan delapan puluh tahun. Satu tahun terdiri dari 360 hari, sedangkan satu hari di akhirat perbandingannya adalah seribu tahun di dunia. Wallahu’alam

*) Semoga bermanfaat…!
Penulis: Adi Pradana