MEDIANUSANTARA.ID--Ratusan mahasiswa asal Kabupaten Bima dan Kota Bima yang menjalani studi pendidikan di Mataram, Lombok, Nusa Tenggara Barat, berbondong bondong tinggalkan Lombok. Mereka kembali ke kampung halaman masing masing sebagai bentuk evakuasi diri menyusul di tanah "Bumi Sejuta Masjid" itu, terus diguncang Gempa Bumi yang terjadi setiap saat.
Pantauan langsung MN di jalan lintas sumbawa, Cabang Donggo, Sila, Kecamatan Bolo Kabupaten Bima, pukul 00.30 Wita, Jum'at (10/8/2018) tadi malam, terlihat belasan bus dari group Al Tharf dengan plat Polisi DK, antrian menurunkan penumpang dari kalangan mahasiswa. Terlihat pula, begitu ramainya aktifitas penjemputan, baik dari pihak keluarga maupun kerabat masing masing.
Beberapa mahasiswa pun mengaku, mereka menggunakan bus dari group Al Tharf karena kurangnya armada bus rute Mataram-Bima yang beroperasi.
Pasca gempa besar yang terjadi selang beberapa hari kemarin, dikabarkan menyebabkan bus trayek Bima-Mataram dan Bima-Mataram enggan beroperasi. Namun hal ini, pihak Perusahan Oto (PO) di Bima belum dapat di konfirmasi.
Sementara langkah evakuasi dini yang dilakukan ratusan mahasiswa asal Bima itu, tiada lain untuk menghindari hal hal yang kemungkinan akan terjadi terhadap keselamatan jiwa mereka di bumi "Sejuta Masjid" itu.
Aktifitas gempa bumi yang terus terjadi, diduga berpotensi Gunung Rinjani di Lombok Utara meletus. Sehingga kekhawatiran tersebut membuat para mahasiswa maupun sebagian warga asal Bima, pun memilih meninggalkan pulau Lombok untuk sementara waktu.
Menurut informasi dari salah satu anggota Komunitas Kampung Media di Desa Sajang Kecamatan Sembalun, Taqwa, bahwa situasi dan kondisi di wilayahnya, masih merasakan getaran bumi setiap waktu. Meski dirinya bersama warga lainnya sudah berada di daerah pengungsian, namun kekhawatiran terus menghantui. Apa lagi titik lokasi gempa bumi sekitar 9 kilometer dari permukiman warga Desa Sajang.
Bahkan, menurut informasi yang dia peroleh menyebutkan, ada pada salah satu titik yang terjadi keretakan tanah dengan mengeluarkan asap belerang. Bahkan sumber informasi ini, pun meninggalkan nomor handphone agar bagi siapapun yang mau melakukan konfirmasi tentang kebenaran keluarnya asap belerang di kaki gunung Rinjani tersebut.
"Tapi informasi ini belum kita cek TKP, mengingat jarak dari kampung kami cukup jauh," kata Taqwa.
Taqwa juga menyampaikan cuaca alam di sekitar tempat pengungsianya sempat turun hujan.
"Di malam hari, suhu sangat dingin. Namun di siang hari panas," katanya.(adi/Rheza)