Ngomong Sejarah, LAPMI HMI ISIP UMM Bedah Buku Kearifan Budaya

Semua Halaman

.

Ngomong Sejarah, LAPMI HMI ISIP UMM Bedah Buku Kearifan Budaya

REDAKSI
Senin, 19 Maret 2018


MEDIANUSANTARA.ID--Guna meningkatkan Budaya literasi dan wawasan budaya, Lembaga Pers Mahasiswa Islam (LAPMI) HMI Cabang Malang, Komisariat ISIP UMM gelar bedah Buku Merawat Tradisi dan Kearifan Budaya yang ditulis oleh Eko Widianto dan kawan-kawan Terakota di Gazebo Literasi, Dau, Malang, Ahad (18/3/2018 )

Selain mahasiswa FISIP UMM, kegiatan ini juga dihadiri beberapa mahasiswa pegiat budaya yang ada di Kota Malang.

Dengan misi mendekatkan Generasi Muda untuk mengenal lebih dekat dengan kebudayaan yang ada di Kota Malang, LAPMI HMI Komisariat ISIP UMM  juga turut menghadirkan Ki Demang, salah satu budayawan Kota Malang.

Penggagas Kampung Budaya Polowijen ini merespond Positif adanya kegiatan bedah  buku Merawat Tradisi dan Kearifan Lokal ditengah-tengah melemahnya pemahaman budaya dalam kehidupan generasi muda.

“Dalam rangka menjaga kearifan budaya, kegiatan-kegiatan seperti ini apik dan buku ini wajib dimiliki oleh kawan-kawan mahasiswa di Malang, karena di buku ini memuat banyak sejarah-sejarah yang ada di kota Malang, Mulai dari sejarah kota Malang, kearifan lokal, dan lain sebagainya,” ujar Ki Demang.

Dalam bedah buku dijelaskan, bahwa dalam merawat tradisi dan kearifan lokal yang ada di daerah harus dimulai dari kesadaran akan pentingnya kearifan lokal.

“Dalam merawat kebudayaan, hal pertama yang ditelusuri adalah situs-situs terlebih dahulu, di buku ini banyak menuliskan tentang situs-situs yang merupakan penanda bahwa ada cerita yang terjadi pada masanya, candi-candi, gedung-gedung, museum dan hal-hal lain yang memiliki nilai sejarah,” tambahnya.

Sementara itu, Eko Widianto selaku penulis buku memaparkan, perjalanan penelusuran tim penulis buku serta kendala-kendala yang dihadapi dalam menuliskan sejarah dan kebudayaan di kota Malang.

Harapannya mahasiswa harus konsisten dalam menulis seputar budaya yang ada disekitar sebagai langkah dalam merawat tradisi lokal di masyarakat.

“Dalam hal kepenulisan, semua harus berangkat dari ide, serta konsisten dalam menuliskanya. Meskipun terdapat kendala-kendala yang dihadapi dalam lapangan maupun dalam proses kepenulisan,” ujar Eko Widianto.

Eko Widianto dan Ki Demang berharap bahwa generasi muda  dan seluruh elemen masyarakat harus merawat dan melestarikan kebudayaan

“Membangunan mental harus dibangun atas dasar kebudayaan dan negara mendukung hal tersebut dengan adanya undang-undang tentang Memajukan Kebudayaan,“ tegas Ki Demang.(rheza)