MEDIANUSANTARA.ID—Ajal ataupun kematian hanyalah
Allah SWT yang menentukan. Tak ada mahluk lain yang dapat mengatur ajal ataupun
kematian itu, meski diundur sedetik pun. Bila Allah SWT berkehendak, maka
semuanya akan terjadi di luar dari batas dan kemampuan manusia maupun mahluk hidup
lainnya di muka bumi ini. Itulah salah satu kisah peristiwa yang menimpah
Najwar alias Ko’o—bocah berusia tiga tahun itu.
Najwar
merupakan buah hati dari pasangan Nijab dan Nurmi. Kedua hambah Allah ini,
masing masing berada di luar daerah yang berbeda. Nurmi saat ini diketahui sebagai
Tenaga Kerja Indonesia (TKI) di Singapore—sedangkan Nijab konon sebagai buruh
tani di negeri Ziran - Malasyia.
Menurut
Muhtar (Ketua BPD) Tambe, sejak usia balita, Najwar dibesarkan oleh neneknya pasca
ditinggal pergi kedua orang tuanya. Hingga peristiwa yang menimpa Najwar, konon
kedua orang tuanya itu enggan mengakui bahwa Najwar bukanlah anak dari
pernikahan mereka.
“Saya
saksi dari pernikahan mereka. Tapi ada hal negatif yang sudah terjadi di tengah
pernikahan itu. Hingga Najwar dilahirkan, keduanya pun pisah ranjang dan ke
luar daerah,” kata Muhtar kepada MN, menanggapi keberadaan orang tua korban,
Sabtu (27/1/2018) pagi.
Lantas, siapa bapak Najwar yang
sesungguhnya?
Jika
bocah yang tak berdosa itu enggan diakui sebagai anak dari hasil pernikahan kedua
hambah Allah (Nijab-Murni) itu, mungkin pantaslah Allah SWT mentakdirkan
kehidupan Najwar berakhir dalam sebuah peristiwa yang menghebohkan warga.
Hingga
akhir kisah dari kehidupan Najwar, pun meninggal dalam ‘drama’ Sang Pencipta. Dimana
pada menit menit Najwar dijemput ajal kematian, bocah mungil kelahiran 26 Juni
2015 itu, bermain hujan bersama beberapa teman sebayanya, di tengah Lapangan
Fajar Desa Tambe. Pada hari Kamis, 25 Januari 2018—curah hujan di siang itu
meningkat. Air hujan dari permukiman warga, terus meluap dan mengalir hingga
menggenangi areal lapangan dimana bocah bocah itu bermain.
Keceriaan
Najwar bermain hujan bersama teman sebayanya, ternyata di luar dari pengawasan
neneknya. Hingga awal dari peristiwa itu, Najwar bersama teman lainnya bermain
selancar di tanah licin mengikuti arus air yang menuju ke arah terowongan jembatan
(got). Dari sekian teman sebayanya yang bermain selancar, Najwar sendiri lolos
terbawa air dan tersedot kedalam got. Meski teman sebayanya sempat menarik tangan
Najwar saat melambai, namun sedotan air dari got cukup kuat sehingga Najwar
hanyut terbawa air ke daerah aliran sungai.
Kendati
peristiwa itu sudah terjadi, teman teman sebaya Najwar tidak melaporkan hal itu
melainkan bungkam (factor usia), dan terus bermain hingga hujan redah. Setelah
mereka keluar dari permainan, saat itu pula Najwar diketahui hanyut terbawa air
sekira pukul 15.15 Wita sore.
Warga setempat mulai resah, dan
berkembang luas hingga upaya pencarian pun dilakukan bersama. Penyisiran ke
tepi-tepi bantaran sungai, terus dilakukan. Bahkan sebagian warga masuk menyelam
ke dalam aliran sungai, dan sebagian menunggu bantuan dari tim BASARNAS dan
lainnya.
Hingga menjelang pukul 18.00 WITA,
pencarian korban akhirnya dihentikan. “Kita akan lanjutkan besok. Mengingat waktu
sekarang (Kamis, 25/1/2018,red) sudah mulai gelap (malam). Apa lagi arus air
sangat kencang,” kata Yhand, Koordinator Lapangan BASARNAS.
Beberapa jam sebelumnya, jasad
Najwar sempat dilihat oleh seseorang—dimana sosok tubuh bocah yang tak berdosa
itu, terombak ambik di atas permukaan air yang ganas meluap. Itu pun terjadi
hanya beberapa detik. Karena lokasi munculnya jasad tersebut, mendekati tempat
air terjun di Bendungan Tambe.
Memasuki hari kedua, Jum’at—26 Januari 2018—pencarian
kembali dilakukan dari pukul 06.00 Wita dini hari. Tim BASARNAS bersama anggota
TNI dari satuan Koramil Bolo, Polsek Bolo dan TAGANA Dinsos Kabupaten Bima,
menyisir dari TKP awal korban itu hanyut. Sebagian tim, juga diarahkan ke
lokasi lain dengan mengikuti aliran sungai (ke arah timur). Hingga pukul 11.15 Wita,
menjelang sholat Jum’at—pencarian pun dihentikan.
Memasuki pukul 13.00 Wita,
pencarian kembali dilakukan. Selain BASARNAS, TAGANA, anggota TNI, Polri,
Relawan PKS dan Pol PP—warga masyarakat dari berbagai pelosok desa di wilayah
Bolo, turut membantu dalam pencarian jasad Najwar.
Sebelumnya, tim BASARNAS
menargetkan waktu pencarian selama tujuh hari. Namun berkat adanya petunjuk
Sang Pencipta, jasad Najwar berhasil ditemukan dalam kondisi tak bernyawa, dan
tubuh masih utuh.
Korban ditemukan oleh seorang
warga asal Desa Timu, di tepi sungai sekitar Jembatan Layang Desa Bontokape
Kecamatan Bolo, sekira pukul 16.15 Wita. Jasad korban ditemukan di antara semak
dan ranting kayu, di saat seorang warga yang hendak mengambil air sungai untuk
kebutuhan ternak.
Tidak ada kendalan dalam proses
evakuasi jasad korban yang dalam kondisi bugil itu. Evakuasi pun berlangsung
cepat, dan setelah itu dibawa ke rumah duka menggunakan sepeda motor.
Pantauan terakhir—setelah
dimandikan dan disemayamkan beberapa saat di rumah duka—jasad Najwar akhirnya
dikebumikan pada hari itu (setelah magrib), di Tempat Pemakaman Umum, sebelah
timur Lapangan Bola - Desa Tambe.
Akhir kisah dari kehidupan
Najwar—bocah malang yang tak berdosa itu—pantasnya dijadikan renungan bersama. Sebab,
ketika, dan jika anak Anda, anak kita semua, ingin bermain hujan—jangan
sesekali lepas dari pengawasan kita sebagai orang tua. Bila ini terjadi, maka
akan ada lagi kisah Najwar lain yang akan muncul di sekitar kehidupan kita.
Semoga peristiwa yang menimpah Najwar dari Desa Tambe itu, tak terjadi pada
Najwar Najwar lainnya. Wallahualam.(bop)