“Rambutku Gundul” Karena Ulah Manusia!

Semua Halaman

.

“Rambutku Gundul” Karena Ulah Manusia!

REDAKSI
Rabu, 25 Desember 2019
| Salah satu lokasi hutang yang terletak sebelah selatan jalan lintas Sumbawa - Dompu | Doc. Bop |


| NTB | Banjir salah satu bencana menakutkan yang ditimbulkan dari kerusakan hutan. Hampir pada sejumlah wilayah daerah Nusa Tenggara Barat, kerusakan hutan sudah menjadi rahasia umum.

Tak sedikit kerugian harta benda dan material lainnya dikala banjir menerjang permukiman warga. Namun kita tidak menyadarinya bahwa bencana yang melanda adalah ulah manusia itu sendiri.

Setiap memasuki musim hujan, banjir terkesan dianggap menjadi langganan. Factor penyebab akan semua itu karena hutan pelindung habis dibabat untuk kepentingan perladangan. Pemerintah daerah seakan ‘tutup mata’. Padahal penegakan hukum dalam suatu wilayah daerah, menjadi salah satu tanggungjawab pemerintah daerah itu sendiri.

| Puing pohon berserakah dibiarkan kering untuk dibakar (lokasi Dompu) | Foto: Bop | 

Tak ada yang tidak bisa dilakukan selama pemerintah daerah mengambil langkah tegas untuk melakukan pencegahan terhadap aksi pembalakan atas kerusakan hutan lindung. Namun fakta lapangan berkata lain—secara kasat mata hutan dibabat tanpa ada tindakan.

Di Kabupaten Bima—tak sedikit lokasi penampungan air seperti di Dam Pelaparado mengalami degradasi. Dan tak sedikit pula wilayah perkampungan warga terendam banjir dan lumpur. Dampak dari ini semua akibat kerusakan hutan yang kerap merajalela.

| Kondisi terkini Bendungan Pelaparado - Bima.  Terjadi degradasi drastis akibat hutan sekitarnya hancur |

Begitu pun di Kabupaten Dompu. Daerah yang memiliki moto “Nggahi Rawi Pahu” ini, juga tak jauh dari persoalan yang terjadi di Bima. Kelestarian hutan terkesan sebuah simbol, namun fakta di lapangan hutan dibabat gundul sejauh mata memandang.

Salah satu obyek penggundulan hutan yang menjadi pemandangan buruk bagi para pengguna jalan raya sepanjang jalur nasional lintas Sumbawa, ketika melewati perbatasan wilayah Bima – Dompu.

Semula sepanjang jalur tersebut ditumbuhi hutan rindang. Kondisi hawa udara terasa adem dan nyama dikala melewati jalur ini. Namun kini fakta lapangan gunung terlihat tak ‘berambut’ lagi. Puing-puing kayu dari sisa pembakaran berserakah. Lahan tandus pun disulap menjadi perladangan. Papan larangan pembabatan hutan lindung dari pemerintah tak berarti. Entah siapa dibalik itu semua.

Penulis: Suryadin