Kelompok “Mada Lemba Jaya” Menilai Program IFSCA di Kabupaten Dompu Gagal

Semua Halaman

.

Kelompok “Mada Lemba Jaya” Menilai Program IFSCA di Kabupaten Dompu Gagal

REDAKSI
Kamis, 05 Desember 2019
| Ketua Kelompok Mada Lemba Jaya, Salahuddin |
| DOMPU – NTB | Program  Innovative Farming System and Capability For Agribussiness Activity (IFSCA) di Kabupaten Dompu, Nusa Tenggara Barat, menuai kritik langsung dari kelompok  binaan. Program sejak tahun 2016 hingga 2020 mendatang, merupakan kerja sama Massey University of New Zealand dengan Universitas Mataram—dengan tujuan memberikan solusi bagi masyarakat Dompu khususnya di bidang peternakan dan pertanian.


IFSCA sebuah program yang memberikan pemahaman kepada kelompok ternak penggemukan sapi dengan memanfaatkan tanaman Lamtoro. Disamping itu, juga meningkatkan pendapatan ekonomi bagi anggota itu sendiri.

Sebelumnya, lewat program tersebut anggota kelompok binaan difasilitasi satu ekor sapi penjantan, mesin tiga roda dan mesin pemipil jagung. Namun di lapangan jauh dari yang diharapkan anggota kelompok itu sendiri.

Menurut Ketua Kelompok “Mada Lemba Jaya” Kelurahan Simpasai Kecamatan Woja - Dompu Salahuddin, sebagai penerima manfaat melalui program IFSCA  ini, anggota kelompok lebih awal membangun masing-masing satu kandang dalam bentuk swadaya. Biayanya bersumber dari swadaya anggota sebesar Rp250 ribu per orang—dari jumlah anggota 20 orang.

“Selain itu, anggota bekerja secara sukarela membangun kandang dan menanam bibit Lamtoro sebanyak 4.000 pohon,” ungkap Salahuddin.

Dengan persoalan yang muncul saat ini, Salahuddin bersama anggota lainnya menginginkan adanya transparansi terkait hadirnya program IFSCA. Mesti sejak dari pengadaan sapi penjantan hingga kegiatan penggemukan sapi sebanyak 20 ekor.

Salahuddin menilai ada unsur sepihak dalam merealisasi program ini, karena pihaknya hanya diberikan informasi sumber anggaran pengadaan sapi 20 ekor saja. Itu pun bentuk investasi dan inventaris lainnya, termasuk besar anggarannya tidak diketahui oleh kelompok.

"Saya dan anggota sudah serah terima sapi penjantan masing-masing satu ekor. Kemudian baru-baru ini sapi tersebut sudah dijual setelah melalui masa penggemukan oleh anggota. Katanya, penggemukan ini ternyata sebuah investasi. Ini sama halnya sebuah program yang gagal diterapkan di Dompu,” kata Salahuddin.

Salahuddin mengatakan, baru diketahui bahwa ternyata penggemukan 20 ekor sapi itu dikelolah oleh manager Kabupaten Dompu yang menaungi program ini. Sementara investasi dengan jumlah sapi 20 ekor itu digemukan oleh anggota kelompok dengan sistem bagi hasil. Meski demikian, anggota kelompok mempertanyakan kejelasan modal pembelian sapi tersebut. Apakah modal ini bersumber dari program IFSCA atau bukan?

"Setiap kali sapi ini didroping, saya yang teken. Termasuk besarnya modalnya dikembalikan melalui hasil penjualan. Sedangkan pembagian hasil dalam bentuk porsentase," ungkap Salahudin.

Sebelumnya, beber Salahuddin, awal mula anggota kelompok “Mada Lemba Jaya” Kelurahan Simpasai bergabung dengan program tersebut karena dijanjikan mendapatkan satu ekor sapi, bibit jagung, pupuk dan obat-obatan.

Senada juga dikeluhkan Idris—anggota kelompok tersebut. "Kita bekerja lebih kurang dua bulan. Mulai pembuatan kandang sapi, menanam bibit Lamtoro hingga memagar lokasi tanaman Lamtoro. Namun bantuan bibit sapi, bibit jagung dan pupuk—tidak didapatkan seperti dijanjikan sebelumnya.

Keluhan yang sama juga disampaikan anggota kelompok lainnya, Muhtar. “Selama ada kegiatan, saya hanya menuruti perintah dari pengurus, mulai membangun kandang, nanam Lamtoro hingga pemagaran lahan tanaman Lamtoro,” ucapnya.

Menyikapi keluhan anggota Kelompok “Mada Lemba Jaya” Kelurahan Simpasai—Manager Program IFSCA Kabupaten Dompu Safruddin ditemui di ruang kerjanya, Selasa (19/11/2019)—menjelaskan bahwa program ini lebih cenderung ke pemberdayaan melalui bidang integritas pertanian dan peternakan.

"Di bidang peternakan, kita memberikan pemahaman kepada masyarakat kelompok ternak dalam penggemukan sapi dengan memanfaatkan pakan Lamtoro," katanya.

Terkait sapi penjantan dijual itu, pihaknya sudah menarik kembali karena tidak dimanfaatkan oleh anggota kelompok. "Sapi ini bukan milik kelompok, karena masih dikuasai oleh program," tandasnya.

“Termasuk dana hasil penjualan 20 ekor sapi tersebut sudah dikembalikan ke sumber terkait?, karena memang sapi-sapi itu milik investor,” katanya.

Penulis: Alon
Editor: Adi Pradana