|
MATARAM | Kita
memang tidak pernah berharap akan terjadinya bencana. Tetapi faktanya bencana
bisa datang dan terjadi kapan saja. Dan
hingga saat ini belum ada teknologi yang dapat memprediksi datangnya bencana
itu secara pasti. Sehingga perlu menyiapkan diri ketika bencana itu datang,
kita sudah mampu mengantisipasinya sejak dini. Dan resiko yang mungkin timbul
dapat ditekan ke titik yang paling minimal.
Selama dua hari sejak 5 Agustus 2019
kemarin, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi NTB bersama
seluruh instansi terkait membahas dan menyusun perencanaan kontijensi bencana
agar lebih siap menghadapi setiap bencana yang akan terjadi.
“Perencanaan Kontinjensi merupakan salah
satu jenis perencanaan dalam Manajemen Bencana yang diperlukan sebagai langkah
kesiapsiagaan menghadapi kemungkinan terjadinya bencana,” ujar Kepala BPBD NTB
H Ahsanul Halik S.Sos.,MH.
Ia menegaskan bahwa perencanaan
kontijensi diperlukan sebagai proses kesiapan dan kemampuan menghadapi bencana.
Juga memperkirakan kejadian bencana, sehingga dapat mencegah bencana,
mengurangi dampak, menanggapi secara efektif dan memulihkan diri dari dampak
bencana tersebut.
H Ahsanatul mengajak semua pihak terkait
untuk meningkatkan kewaspadaan serta bersama-sama menyiapkan rencana kontijensi
atau skenario penangangan bencana. Mulai dari identifikasi karakteristik
ancaman, kemungkinan kejadian dan resiko yang timbul, sekaligus memetakan
pihak-pihak yang terlibat.
Rencana kontijensi tersebut, kata
Ahsanul, harus dilakukan secara menyeluruh dan antisipatif. “Kalau gempa, maka
mulai sekarang harus disiapkan struktur bangunan tahan gempa. Jika ditimbulkan gunung
api, maka harus dirancang bangunan yang mampu bertahan sampai evakuasi selesai
dilakukan. Begitupun kalau banjir, harus tahan terhadap banjir,” terang H
Ahsanatul dalam pembahasan itu, di Mataram.
"Sebelum membangun infrastruktur,
harus disertai rekomendasi ketahanan dan kajian kebencanaan berbagai instansi
atau lembaga yang kompeten,” ujarnya.
Editor:
Adi Pradana