Kisah Atipriati yang Digugat Cerai Karena Orang Ketiga

Semua Halaman

.

Kisah Atipriati yang Digugat Cerai Karena Orang Ketiga

REDAKSI
Selasa, 16 Juli 2019



BIMA | MEDIANUSANTARA | Tak sedikit orang yang baru pulang dari perantauan, tiba-tiba mengajukan gugatan cerai terhadap isterinya. Entah apa yang menjadi alasan sehingga kerap terjadi seperti itu. Keretakan sebuah rumah tangga seseorang, pun ditimbulkan oleh beberapa factor—salah satu munculnya orang ketiga.

Seperti keputusan yang diambil oleh Gufran—pria asal Desa Rasabou Kecamatan Bolo Kabupaten Bima, Nusa Tenggara Barat ini—mengajukan gugatan cerai terhadap isterinya hanya dengan alasan ingin menikah dengan wanita pujaan barunya.

Selama empat tahun lamanya merantau di Negeri Ziran - Malaysia, uang dari hasil pekerjaan yang dilakoni Gufran diharapkan akan merubah kondisi ekonomi kedua pasangan keluarga yang dikarunia seorang anak itu. Namun setelah di kampung halaman, seakan harapan itu sirna bagai ditelan bumi.

Alasan gugatan cerai sudah jelas. Munculnya orang ketika yang menjadi pujaan hati bapak dari satu anak itu, yakni ingin menikahinya. Hasil penelusuran, seorang wanita yang menjadi idamannya itu bernama Masda—gadis pujaan Gufran kelahiran asal Desa Kananga Kecamatan Bolo.  

Hal itu pula diungkapkan Atiapriati, yang saat ini masih dalam status isteri sahnya si Gufran. Dalam curhatnya, semenjak menerima surat gugatan cerai tanggal 12 Juli 2019, dirinya sudah menyangka akan terjadi seperti itu.

Atipriati pun menceritakan awal kepergian suaminya ke Malasyia yang tiada lain ingin merubah nasib sehingga perekonomian keluarga bisa terpenuhi dan tercukupi. Tentu kepergian suaminya itu atas kesepakatan bersama.

“Dulu saya ijinkan dia (Gufran,red) untuk merantau. Salah satu target jika dari hasil perantauan suaminya akan membangun rumah sendiri,” tutur Ati sedih menetes air mata.

“Wanita itu (orang ketiga,red), sepertinya sudah dia kenal sejak dia di Malaysia. Maka tak jarang kalo dia hubungi saya, bawaannya kasar,” sambungnya lagi.

Usia pernikahan Gufran dan Atipriati terjalin sejak tahun 2011 silam, dan telah dikaruniai  satu anak perempuan cantik berusia tujuh tahun—yang saat ini duduk di bangku sekolah dasar. Impian dan harapan ingin membangun keharmonisan rumah tangga dengan ekonomi yang berkecukupan, kini diujung sirna.

Tak sedikit dari sekian perempuan yang bersatus rumah tangga menguraikan air mata. Atipriati memohon kepada suaminya (Gufran) agar mengurungkan niatnya untuk menarik kembali keputusan gugatan cerai dengan alasan  demi anak. Namun air mata kesedihan Atipriati bersama buah hatinya itu, tak akan merubah tekad sang suaminya yang sudah terlanjut terpikat dengan wanita lain.

“Saya menangis dan memohon sama dia agar mengurungkan niatnya. Tapi ngak bisa, karena tekadnya sudah bulat ingin pisah,” tutur hati wanita dari tiga bersaudara ini.

Atipriati tidak pernah menuntut banyak dari suaminya selama berada di kampung, setelah tujuh bulan sepulang dari Malasyia. Yang diharapkan Atipriati hanyalah memberikan perhatian terhadap anak sendiri.

Dirinya tak membantah bahwa selama suaminya diperantauan, tetap dikirimkan uang. Bahkan uang tersebut dipergunakan untuk  membeli lahan dan membangun rumah yang saat ini belum beratap.

“Saya manfaatkan uang hasil kiriman suami ini sesuai dengan rencana bersama sebelumnya,” tutur Ati dengan dengan nada lembut.

Prahara rumah tangga yang berujung kisah pilu dari ibu satu anak ini, ternyata menuai banyak simpatik dari warga. Bahkan tak sedikit yang berkomentar miring terhadap Gufran, sang suaminya itu. Kini Atipriati hanya bisa pasrah dan berdo’a untuk menjalani ujian Allah SWT. “Semoga sang suami (Gufran) itu mendapatkan hidayah dan tergugah hatinya,” doa ibu dari satu anak ini.

Penulis: Adi Pradana