BIMA
| MEDIANUSANTARA | Tak sedikit orang yang baru
pulang dari perantauan, tiba-tiba mengajukan gugatan cerai terhadap isterinya.
Entah apa yang menjadi alasan sehingga kerap terjadi seperti itu. Keretakan
sebuah rumah tangga seseorang, pun ditimbulkan oleh beberapa factor—salah satu munculnya
orang ketiga.
Seperti
keputusan yang diambil oleh Gufran—pria asal Desa Rasabou Kecamatan Bolo
Kabupaten Bima, Nusa Tenggara Barat ini—mengajukan gugatan cerai terhadap
isterinya hanya dengan alasan ingin menikah dengan wanita pujaan barunya.
Selama
empat tahun lamanya merantau di Negeri Ziran - Malaysia, uang dari hasil
pekerjaan yang dilakoni Gufran diharapkan akan merubah kondisi ekonomi kedua
pasangan keluarga yang dikarunia seorang anak itu. Namun setelah di kampung
halaman, seakan harapan itu sirna bagai ditelan bumi.
Alasan
gugatan cerai sudah jelas. Munculnya orang ketika yang menjadi pujaan hati
bapak dari satu anak itu, yakni ingin menikahinya. Hasil penelusuran, seorang wanita
yang menjadi idamannya itu bernama Masda—gadis pujaan Gufran kelahiran asal
Desa Kananga Kecamatan Bolo.
Hal
itu pula diungkapkan Atiapriati, yang saat ini masih dalam status isteri
sahnya si Gufran. Dalam curhatnya,
semenjak menerima surat gugatan cerai tanggal 12 Juli 2019, dirinya sudah
menyangka akan terjadi seperti itu.
Atipriati
pun menceritakan awal kepergian suaminya ke Malasyia yang tiada lain ingin
merubah nasib sehingga perekonomian keluarga bisa terpenuhi dan tercukupi.
Tentu kepergian suaminya itu atas kesepakatan bersama.
“Dulu
saya ijinkan dia (Gufran,red) untuk merantau. Salah satu target jika dari hasil
perantauan suaminya akan membangun rumah sendiri,” tutur Ati sedih menetes air
mata.
“Wanita
itu (orang ketiga,red), sepertinya sudah dia kenal sejak dia di Malaysia. Maka
tak jarang kalo dia hubungi saya, bawaannya kasar,” sambungnya lagi.
Usia
pernikahan Gufran dan Atipriati terjalin sejak tahun 2011 silam, dan telah
dikaruniai satu anak perempuan cantik berusia tujuh tahun—yang saat
ini duduk di bangku sekolah dasar. Impian dan harapan ingin membangun keharmonisan
rumah tangga dengan ekonomi yang berkecukupan, kini diujung sirna.
Tak
sedikit dari sekian perempuan yang bersatus rumah tangga menguraikan air mata. Atipriati
memohon kepada suaminya (Gufran) agar mengurungkan niatnya untuk menarik
kembali keputusan gugatan cerai dengan alasan demi anak. Namun air
mata kesedihan Atipriati bersama buah hatinya itu, tak akan merubah tekad sang
suaminya yang sudah terlanjut terpikat dengan wanita lain.
“Saya
menangis dan memohon sama dia agar mengurungkan niatnya. Tapi ngak bisa, karena
tekadnya sudah bulat ingin pisah,” tutur hati wanita dari tiga bersaudara ini.
Atipriati
tidak pernah menuntut banyak dari suaminya selama berada di kampung, setelah
tujuh bulan sepulang dari Malasyia. Yang diharapkan Atipriati hanyalah
memberikan perhatian terhadap anak sendiri.
Dirinya
tak membantah bahwa selama suaminya diperantauan, tetap dikirimkan uang. Bahkan
uang tersebut dipergunakan untuk membeli lahan dan membangun rumah
yang saat ini belum beratap.
“Saya
manfaatkan uang hasil kiriman suami ini sesuai dengan rencana bersama
sebelumnya,” tutur Ati dengan dengan nada lembut.
Prahara
rumah tangga yang berujung kisah pilu dari ibu satu anak ini, ternyata menuai
banyak simpatik dari warga. Bahkan tak sedikit yang berkomentar miring terhadap
Gufran, sang suaminya itu. Kini Atipriati hanya bisa pasrah dan berdo’a untuk menjalani
ujian Allah SWT. “Semoga sang suami (Gufran) itu mendapatkan hidayah dan
tergugah hatinya,” doa ibu dari satu anak ini.
Penulis: Adi Pradana