Akhir Cerita Najwar dalam Sebuah Peristiwa

Semua Halaman

.

Akhir Cerita Najwar dalam Sebuah Peristiwa

REDAKSI
Senin, 29 Januari 2018


MEDIANUSANTARA.ID—Ajal ataupun kematian hanyalah Allah SWT yang menentukan. Tak ada mahluk lain yang dapat mengatur ajal ataupun kematian itu, meski diundur sedetik pun. Bila Allah SWT berkehendak, maka semuanya akan terjadi di luar dari batas dan kemampuan manusia maupun mahluk hidup lainnya di muka bumi ini. Itulah salah satu kisah peristiwa yang menimpah Najwar alias Ko’o—bocah berusia tiga tahun itu.
            
Najwar merupakan buah hati dari pasangan Nijab dan Nurmi. Kedua hambah Allah ini, masing masing berada di luar daerah yang berbeda. Nurmi saat ini diketahui sebagai Tenaga Kerja Indonesia (TKI) di Singapore—sedangkan Nijab konon sebagai buruh tani di negeri Ziran - Malasyia.
           
Menurut Muhtar (Ketua BPD) Tambe, sejak usia balita, Najwar dibesarkan oleh neneknya pasca ditinggal pergi kedua orang tuanya. Hingga peristiwa yang menimpa Najwar, konon kedua orang tuanya itu enggan mengakui bahwa Najwar bukanlah anak dari pernikahan mereka.
            
“Saya saksi dari pernikahan mereka. Tapi ada hal negatif yang sudah terjadi di tengah pernikahan itu. Hingga Najwar dilahirkan, keduanya pun pisah ranjang dan ke luar daerah,” kata Muhtar kepada MN, menanggapi keberadaan orang tua korban, Sabtu (27/1/2018) pagi.

Lantas, siapa bapak Najwar yang sesungguhnya?
           
Jika bocah yang tak berdosa itu enggan diakui sebagai anak dari hasil pernikahan kedua hambah Allah (Nijab-Murni) itu, mungkin pantaslah Allah SWT mentakdirkan kehidupan Najwar berakhir dalam sebuah peristiwa yang menghebohkan warga.
           
Hingga akhir kisah dari kehidupan Najwar, pun meninggal dalam ‘drama’ Sang Pencipta. Dimana pada menit menit Najwar dijemput ajal kematian, bocah mungil kelahiran 26 Juni 2015 itu, bermain hujan bersama beberapa teman sebayanya, di tengah Lapangan Fajar Desa Tambe. Pada hari Kamis, 25 Januari 2018—curah hujan di siang itu meningkat. Air hujan dari permukiman warga, terus meluap dan mengalir hingga menggenangi areal lapangan dimana bocah bocah itu bermain.
            
Keceriaan Najwar bermain hujan bersama teman sebayanya, ternyata di luar dari pengawasan neneknya. Hingga awal dari peristiwa itu, Najwar bersama teman lainnya bermain selancar di tanah licin mengikuti arus air yang menuju ke arah terowongan jembatan (got). Dari sekian teman sebayanya yang bermain selancar, Najwar sendiri lolos terbawa air dan tersedot kedalam got. Meski teman sebayanya sempat menarik tangan Najwar saat melambai, namun sedotan air dari got cukup kuat sehingga Najwar hanyut terbawa air ke daerah aliran sungai.
            
Kendati peristiwa itu sudah terjadi, teman teman sebaya Najwar tidak melaporkan hal itu melainkan bungkam (factor usia), dan terus bermain hingga hujan redah. Setelah mereka keluar dari permainan, saat itu pula Najwar diketahui hanyut terbawa air sekira pukul 15.15 Wita sore.       

Warga setempat mulai resah, dan berkembang luas hingga upaya pencarian pun dilakukan bersama. Penyisiran ke tepi-tepi bantaran sungai, terus dilakukan. Bahkan sebagian warga masuk menyelam ke dalam aliran sungai, dan sebagian menunggu bantuan dari tim BASARNAS dan lainnya.
Hingga menjelang pukul 18.00 WITA, pencarian korban akhirnya dihentikan. “Kita akan lanjutkan besok. Mengingat waktu sekarang (Kamis, 25/1/2018,red) sudah mulai gelap (malam). Apa lagi arus air sangat kencang,” kata Yhand, Koordinator Lapangan BASARNAS.
Beberapa jam sebelumnya, jasad Najwar sempat dilihat oleh seseorang—dimana sosok tubuh bocah yang tak berdosa itu, terombak ambik di atas permukaan air yang ganas meluap. Itu pun terjadi hanya beberapa detik. Karena lokasi munculnya jasad tersebut, mendekati tempat air terjun di Bendungan Tambe.

Memasuki hari kedua, Jum’at—26 Januari 2018—pencarian kembali dilakukan dari pukul 06.00 Wita dini hari. Tim BASARNAS bersama anggota TNI dari satuan Koramil Bolo, Polsek Bolo dan TAGANA Dinsos Kabupaten Bima, menyisir dari TKP awal korban itu hanyut. Sebagian tim, juga diarahkan ke lokasi lain dengan mengikuti aliran sungai (ke arah timur). Hingga pukul 11.15 Wita, menjelang sholat Jum’at—pencarian pun dihentikan.

Memasuki pukul 13.00 Wita, pencarian kembali dilakukan. Selain BASARNAS, TAGANA, anggota TNI, Polri, Relawan PKS dan Pol PP—warga masyarakat dari berbagai pelosok desa di wilayah Bolo, turut membantu dalam pencarian jasad Najwar.

Sebelumnya, tim BASARNAS menargetkan waktu pencarian selama tujuh hari. Namun berkat adanya petunjuk Sang Pencipta, jasad Najwar berhasil ditemukan dalam kondisi tak bernyawa, dan tubuh masih utuh.

Korban ditemukan oleh seorang warga asal Desa Timu, di tepi sungai sekitar Jembatan Layang Desa Bontokape Kecamatan Bolo, sekira pukul 16.15 Wita. Jasad korban ditemukan di antara semak dan ranting kayu, di saat seorang warga yang hendak mengambil air sungai untuk kebutuhan ternak.

Tidak ada kendalan dalam proses evakuasi jasad korban yang dalam kondisi bugil itu. Evakuasi pun berlangsung cepat, dan setelah itu dibawa ke rumah duka menggunakan sepeda motor.

Pantauan terakhir—setelah dimandikan dan disemayamkan beberapa saat di rumah duka—jasad Najwar akhirnya dikebumikan pada hari itu (setelah magrib), di Tempat Pemakaman Umum, sebelah timur Lapangan Bola - Desa Tambe.


Akhir kisah dari kehidupan Najwar—bocah malang yang tak berdosa itu—pantasnya dijadikan renungan bersama. Sebab, ketika, dan jika anak Anda, anak kita semua, ingin bermain hujan—jangan sesekali lepas dari pengawasan kita sebagai orang tua. Bila ini terjadi, maka akan ada lagi kisah Najwar lain yang akan muncul di sekitar kehidupan kita. Semoga peristiwa yang menimpah Najwar dari Desa Tambe itu, tak terjadi pada Najwar Najwar lainnya. Wallahualam.(bop)