Busana dari Bukit Awan

Semua Halaman

.

Busana dari Bukit Awan

REDAKSI
Jumat, 31 Maret 2017

MEDIANUSANTARA.ID—Tari Lanca dan Tari Bela Leha merupakan budaya yang datang dari “bukit awan”, yaitu kampung Sambori Kecamatan Lambitu Kabupaten Bima, Provinsi NTB. Sambori salah satu desa yang terletak dibagian timur (arah jarum jam satu) wilayah Kabupaten Bima. 

Suhu alam di desa itu cukup dingin karena setiap saatnya kerap diselimuti awan dan embun. Di Sambori, juga menyimpan budaya yang dinilai cukup unik. Hingga kini, kesenian budaya yang cukup dikenal dari desa ‘bukit awan’ tersebut adalah Tari Lanca dan Tari Pela Leha. 

Tari Lanca dan Tari Bela Leha ini, adalah kali pertama ditampilkan pada saat Pawai Budaya HUT Bima ke 376, yang terlaksana suskes di Kecamatan Woha, Rabu (20/7/2016) kemarin. Selain tari dan keseniannya, masyarakat Sambori juga menampilkan busana adat yang cukup unik pula. Maka tak heran, dari keunikannya itu menjadi sorotan mata—lebih-lebih kamera para wartawan dan fotografer yang turut mengabadikan kegiatan pawai budaya kemarin. 

Dahulu kala, busana yang disebut Pela Leha tersebut juga digunakan oleh warga Sambori pada musim hujan tiba, atau sebagai pengganti payung yang dipakai oleh orang-orang jaman sekarang. Pela Leha ini terbuat mirip daun nyiur yang cukup tahan dari tetesan air hujan. Begitu pula saat digunakan, cukup nyaman dan hangat meski diguyur hujan lebat. 

Sekedar mengenal Tari Lanca. Tari merupakan tari yang dimainkan oleh beberapa orang anak dengan menggunakan pakaian adat berwarna hitam dan diiringi musik tradisional yang saling menendang. Sedangkan Tari Bela Leha, dimainkan oleh ibu-ibu yang berpakaian rimpu dan memakai sejenis topi besar (Pela Leha) sebagai penutup kepala. Sambil menari, seorang dari kelompok mereka menyanyikan lagu khas tari tersebut. 

Lebih diketahui, sebagian warga di Sambori saat ini, juga masih menggunakan bahasa komunikasi tersendiri (bukan bahasa Bima pada umumnya). Bahasa tersebut digunakan sebagai media komunikasi mereka dalam kehidupan sehari-hari di kampung. 

“Ini harus dilestarikan agar dunia tahu bahwa Bima memiliki sejuta budaya,” kata Bupati Bima Hj Indah Damayanti Putri.(adi)